Senin, 17 Mei 2010

AFC CHAMPIONS LEAGUE

Press Conference Kunjungan Delegasi AFC Mengenai ACL 2011/2012

steve_kim.jpg Bertempat di sekretariat PSSI, Senayan, Jakarta, Jumat (14/5), AFC yang diwakili oleh lima orang delegasinya mengadakan jumpa pers. Delegasi AFC tersebut adalah Bryan Quan, Benjamin Tan, Maksat, Satoshi Saito dan Steve Kim yang bertindak sebagai juru bicara. Hadir pula dalam kesempatan tersebut CEO PT. Liga Indonesia Joko Driyono.

Jumpa pers ini dilakukan dalam rangka kunjungan delegasi AFC kepada klub – klub Indonesia Super League 2010. Hal ini berhubungan dengan akan diadakan kembalinya AFC Champions League (ACL) periode tahun 2011/2012.

Acara dibuka dengan paparan Steve Kim mengenai ACL yang format pertandingannya berusaha untuk menyamai atau setidaknya mendekati UEFA Champions League. Di mana kompetisi antar klub paling bergengsi di eropa itu saat ini menjadi tontonan yang menarik untuk pecinta Sepakbola diseluruh dunia.

Pembahasan berlanjut pada perkembangan sepakbola Indonesia dengan berbagai pertandingan Sepakbola yang telah dilakukan, termasuk Indonesian Super League (ISL) yang juga mengalami banyak kemajuan.

“ Sepakbola Indonesia sudah sangat berkembang, meski banyak aspek-aspek yang harus diperhatikan untuk selanjutnya diperbaiki, “ kata Steve Kim, yang juga menjadi media officer AFC saat Piala Asia 2007 di Jakarta.

Selain Indonesia, delegasi AFC ini sudah mengunjungi beberapa negara Asia (Iran dan Jepang) dalam rangka menyeleksi dan menunjuk klub-klub mana yang lolos seleksi dapat mengikuti ACL (AFC Champions League). Dalam hal ini, stadion menjadi fokus utama dalam kunjungan delegasi AFC ini. Karena, fasilitas menjadi hal yang penting dalam penyelenggaraan event ini sesuai dengan manual AFC. Pengumpulan data, import data, dan sidang Exco AFC yang nantinya akan menentukan klub mana yang lolos seleksi ke ACL.

Delegasi AFC ini akan terus mengumpulkan data dan informasi dalam kunjungan yang rencananya akan berlangsung ke 10 negara termasuk Indonesia. Keputusan dari hasil tinjauan kelayakan ini baru akan ditentukan pada bulan November 2010. Maka dari itu, mereka tidak bisa memberikan bocoran sedikit pun mengenai stadion-stadion mana di Indonesia yang sesuai dengan regulasi AFC.

“Mengenai fasilitas, bukan hanya dalam stadion saja lingkupnya. Tetapi ini mengenai akomodasi, tempat penginapan, dan jarak antara stadion tempat pertandingan dengan bandara. Setidaknya tidak terlampau jauh jaraknya,” papar Steve.

Hal ini bisa dilihat dari kasus Persipura, yang meskipun lolos dalam ACL, tetapi tidak bisa menyelenggarakan pertandingan kandang di stadionnya, karena jarak antara Stadion dengan Bandara Internasional tidak sesuai dengan regulasi AFC. Maka dari itu, Stadion Utama Gelora Bung Karno dipilih untuk menjadi kandang dari Persipura pada ACL 2010 tahun ini.

Saat ditanya wartawan mengenai stadion-stadion yang ada di Indonesia dibandingkan dengan stadion-stadion dari dua negara yang sudah mereka kunjungi (Iran dan Jepang), Steve menjawab, bahwa Indonesia memiliki potensi yang bagus untuk menyelenggarakan ACL di kandang sendiri. Ia mengambil contoh Stadion Utama Gelora Bung Karno sebagai stadion terbaik yang dimiliki oleh Indonesia. Karena ia sendiri telah merasakan atmosfir yang sangat bagus dari kaum pecinta Sepakbola di Indonesia sewaktu ia menangani Media AFC Asian Cup 2007 di Indonesia.

Diharapkan klub-klub yang ada di Indonesia terus membangun kerjasama yang baik dengan Pemerintah pusat, daerah, PSSI dan PT. Liga Indonesia untuk pengembangan fasilitas di dalam dan di luar stadion, peningkatan pendidikan officer tingkat manajemen klub dengan mengadakan workshop dan pelatihan yang bagus sesuai dengan standarisasi AFC dan FIFA. Hal ini perlu dilakukan supaya jatah klub dari Indonesia bisa bertambah, seperti halnya Jepang dengan 4 klubnya. (van)

PELATIH BARU TIM NAS INDONESIA

Alfred Riedl Siap Bekerja Untuk Indonesia

riedl--pssimedia.jpg Sudah sepekan ini Alfred Riedl berada di Jakarta. Pada Jumat (14/5) lalu, Riedl sudah resmi menandatangani kontrak dengan PSSI, untuk masa kerja dua tahun, hingga Desember 2011. Dalam dua tahun masa kontraknya ini, pelatih berkebangsaan Austria tersebut akan membawa timnya pada empat event timnas, termasuk AFF Championship yang diselenggarakan Desember 2010 di Jakarta dan Hanoi, serta SEA Games 2011 di Indonesia. Dua even lainnya adalah babak pra kualifikasi Piala Dunia 2014 dan kualifikasi Olimpiade 2012.

Nama Riedl sebagai pelatih timnas Indonesia sudah mencuat menyusul keberhasilan Laos mengalahkan timnas Indonesia 2-0 di babak penyisihan grup SEA Games 2009 lalu, di Laos. Walau menjadi tuan rumah, namun menjelang pertandingan itu tak seorangpun mungkin yang memperkirakan bahwa timnas Laos akan mampu menghajar Indonesia.

Apalagi, Riedl tercatat baru awal Juli menangani timnas Laos. Dan, dalam sejarahnya pula, timnas Indonesia tak pernah bisa dikalahkan Laos! Timnas Indonesia bahkan selalu mencatat kemenangan besar atas timnas Laos, baik di tingkat senior atau kelompok umur. Karena itu, kekalahan 0-2 timnas Indonesia atas Laos di penyisihan grup SEA Games seperti menimbulkan "gempa" yang luar biasa bagi persepakbolaan Indonesia!

Apakah Riedl sendiri saat itu berani memperkirakan bahwa timnya akan berhasil mengalahkan Boas Salossa dan kawan-kawan? Riedl tersenyum. Namun, dia terus terang mengakui bahwa siapapun pasti akan menduga kemenangan akan berpihak pada timnas Indonesia.

"Tim Indonesia hanya kurang memiliki keinginan untuk menang, itulah kesan yang saya tangkap dari pertandingan itu," tegasnya, dalam wawancara khususnya dengan Tubagus Adhi, Asep Saputra dan Rio "Keliek" Sumaryadi dari tim media PSSI, Senin (17/5) siang di kantor Bumi Resources, Wisma Bakrie II, Kuningan.

Riedl yang didampingi asistennya, Wolfgang Pikal, menjawab sejumlah pertanyaan seputar kesiapan dan persiapannya menangani timnas Indonesia.

"Jangan membandingkan Laos dengan Indonesia," paparnya, mengungkap kembali kesannya tentang timnas Laos.

"Laos itu hanya negara kecil, dengan hanya delapan tim yang berada di kompetisi lokal, berbeda dengan Indonesia.", “ imbuh Riedl.

Sebelum menyatakan kesiapannya untuk menangani timnas Indonesia, Riedl memang mengakui sudah mencoba mempelajari tentang persepakbolaan nasional, namun pengetahuannya belum sampai "mencukupi".

"Saya masih harus belajar banyak," tegas Rield, yang Selasa (18/5) siang besok akan berbicara dengan pers Indonesia. "Saya sudah mempersiapkan program hingga tahun 2011 nanti," paparnya.

Sejak kedatangannya ke Jakarta, pekan lalu, Rield dengan dibantu Wolfgang Pikal terus mematangkan konsep atau program untuk menangani timnas Indonesia ini. Hari-hari ini dia juga serius melakukan diskusi dengan beberapa pelatih lokal Indonesia, termasuk yang akan direkrutnya untuk menjadi asistennya di timnas U-23 atau timnas senior.

Diskusi itu juga dia lakukan dengan para pelatih yang nantinya akan membantunya dalam merekrut para pemain untuk timnas, yang tergabng dalam tim talent-scouting. Dari diskusi-diskusi itu dia sudah memiliki gambaan tentang materi pemain yang akan direkrutnya, walau itu tidak cukup.

Oleh karena itu, dia berencana untuk melihat langsung penampilan para pemain yang selama ini sudah sering diproyeksikan untuk menjadi pemain timnas. Walau demikian, Riedl menegaskan bahwa ini bukanlah seleksi untuk langsung terpilih masuk ke timnas. Riedl menyebutnya sebagai "arena perkenalan".

"Just to say hello," tegasnya.

Menurut rencana, pertandingan perkenalan dengan Riedl ini akan dilangsungkan dua kali, yakni antara 2 atau 3 Juni di Stadion Mattoangin, Makassar, serta antara 6 atau 7 Juni di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Pertandingan di Makassar melibatkan para pemain yang berasal dari tim-tim di Wilayah Timur, sementara pertandingan di Jakarta kemungkinan lebih banyak melibatkan tim-tim kompetisi dari Wilayah Barat. (adi)

TENTANG ALFRED RIEDL

Nama Lengkap : Alfred Riedl
Tempat/tg lahir : Vienna, Austria, 2-11-1949
Nama Istri: Jolanda Riedls
Nama Anak : Alfred Rield Jr (41), Karina Riedl (37)

Sebagaimana mantan-mantan pelatih timnas Indonesia sebelumnya, seperti Peter White dan Ivan Venkov Kolev, nama Alfred Riedl juga cukup dikenal dalam persepakbolaan tanah airnya walau dia tercatat hanya empat kali bermain untuk timnas Austria, termasuk debutnya pada April 1975 saat menghadapi Hungaria. Riedl memulai karirnya di tim FK Austria Wien, di mana dia mampu membuktikan dirinya sebagai penyerang yang haus gol.

Keinginannya untuk meningkatkan kemampuan membawanya "bertualang" ke negeri tetangga, Belgia, pada usia 22 tahun. Riedl tercatat bermain selama delapan musim kompetisi Jupiler League Belgia bersama Sint Truiden (dua musim), Royal Antwerp (dua musim). dan Standart Liege (empat musim).

Setelah menerjuni delapan musim Jupiler League Belgia Riedl sempat bermain untuk salah satu klub teras Prancis, FC Metz, sebelum akhirnya memutuskan "pulang kampung" dan bermain satu musim kompetisi untuk Grazer AK, kemudian Wiener Sportclub dan VfB Admira Wacker Modling.

Sepanjang karirnya sebagai pemain, Alfred Riedl mencatatkan beberapa prestasi yang patut dikenang, antara lain sebagai pencetak gol terbanyak Jupiler League Belgia musim kompetisi 1973 dan 1975. Beberapa penghargaan atas penampilannya yang mengesankan juga diperolehnya dari Bundesliga Austria, termasuk pencetak gol terbanyak pada Austrian Cup 1971 dan 1981.

Karir manajerial Riedl berawal dari penunjukkannya sebagai pelatih klub OlAl-Zamalek (Mesir, 1994-95), Al Salmiya (Kuwait, 2001-03). Sejumlah klub tenar dan tim nasional beberapa negara juga pernah merasakan sentuhan keahliannya, termasuk Austria (1990-92), Liechtenstein (1997-98), Palestina (2004-05), Vietnam (1998-2001, 2003-04, 2005-2007), dan terakhir Laos (2009-).

Pada Piala Asia 2007, sebagai pelatih kepala timnas Vietnam, Riedl sukses membawa timnya meraih kemenangan 2-0 atas Uni Emirat Arab (UEA), yang meloloskan Vietnam ke babak perempatfinal Piala Asia, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah mereka. Sayangnya, menyusul hasil buruk Vietnam di SEA Games 2007 Nakhon Rachasima, Thailand, kontrak Riedl diputus dan tugasnya digantikan oleh pelatih asal Portugis Henrique Calisto.

Setahun kemudian, Oktober 2008, Rield kembali ke Vietnam untuk menangani klub Xi Măng Hải Phòng FC. Namun, dia kemudian memutuskan hengkang setelah klubnya tampil buruk pada tiga pertandingan awal. Pada 9 Juli 2009, Rield menandatangani kontrak dengan Federasi Sepakbola Laos.

Dan, dia sukses mengantar anak-anak Laos memperoleh kemenangan 2-0 atas timnas U-23 Indonesia di penyisihan grup SEA Games 2009 itu! Inilah kemenangan pertama Laos atas timnas Indonesia, sepanjang sejarah!

TIM THOMAS INDONESIA

Cina Pertahankan Piala Thomas
Minggu, 16/05/2010 | 22:13 WIB
Piala Thomas kembali bersemayam di negeri Tirai Bambu, China. Tim Thomas Cup Indonesia dipaksa menyerah kalah 0–3 dari tim Thomas Cup China. Indonesia pun harus puas hanya dengan menjadi runner up. Hasil ini sedikit lebih baik jika di bandingkan Thomas Cup 2008 lalu yang dilangungkan di Jakarta, dimana timThomas Cup Indonesia hanya mampu menjadi semifinalis. Penampilan apik Taufik Hidayat pada babak Final, belum cukup untuk mengimbangi permainan fantastis sang “Super Dan”. Berulang kali serangan-serangan Taufik Hidayat mentah oleh pertahanan dan kecepatan Lin Dan. Lin Dan masih terlihat unggul dalam kualitas serangan dan pertahanan. Taufik menyerah straight set dengan 7-21, 14-21. "Lin Dan sedang dalam usia emasnya seperti saya waktu seusia dia. Kali ini memang milik Lin Dan," tutur Taufik mengomentari kekalahannya. Harapan Indonesia untuk meraih angka kemenangan dari partai kedua melalui Markis Kido/Hendra Setiawan pun pupus. Juara ganda putra Olimpiade Beijing ini menyerah dari lawan yang dikalahkannya pada saat final Olimpiade Beijing lalu, Cai Yun / Fu Haifeng. Markis Kido/Hendra Setiawan di awal set pertama bermain menyerang. Kido yang biasa bermain di belakangpun bermain apik di depan net. Berulang kali cegatan dan netting Kido membuahkan angka. Paruh set pertama milik mereka dengan 11-6. China merubah service pendek yang biasa dilakukan dengan banyak memberikan service jauh ke belakang. Taktik ini membuahkan hasil. Markis Kido/Hendra Setiawan terlihat tidak siap dan berakibat pertahanan mereka terbuka. Setelah berhasil menyamakan kedudukan menjadi 15-15, keadaan berbalik, pasangan China memimpin menjadi 17-20. Meski Kido/Hendra sempat mengajak deuce menjadi 20-20, set pertama menjadi milik pasangan China dengan 23-25. Set kedua Markis Kido/Hendra Setiawan tetap konsisten dengan pola menyerangnya. Sementara pasangan China semain sering membuat kesalahan. Set kedua akhirnya menjadi milik pasangan Indonesia dengan 21-16. Memasuki set ketiga konsentrasi Markis Kido/Hendra Setiawan menurun drastis. Kesalahan sering dilakukan juara Japan Open Super Series 2009 ini. Melihat hal ini, pasangan China semakin berani menyerang dan unggul cepat dengan 12-21. Hasil ini merubah rekor pertemuan pribadi mereka menjadi 3-4 untuk Cai Yun/Fu Haifeng sekaligus Tim Thomas Cup China unggul secara tim menjadi 2–0 atas Indonesia. "Set pertama kita kecolongan, kemudian set kedua bermain dengan enak. Set ketiga agak kebingungan karena berbagai strategi tidak berjalan," ungkap Hendra Setiawan. Simon Santoso pada partai ketiga sempat memberikan harapan untuk tim Thomas Cup Indonesia. Simon terlihat lebih sabar dan tidak terjebak dengan pola permainan Chen Jin. Simon pun lebih sering menurunkan bola dan berani memberikan netting tipis. Meski sempat tertinggal dalam perolehan angka, Simon berhasil merebut set pertama dengan 21-19. Set kedua tempo permainan tak juga berubah. Paruh set kedua Simon sempat unggul 11-10. Kesalahan yang tak semestinya di buat oleh Simon ditambah Keputusan wasit yang menyatakan fault atas pukulan Simon, membuatnya kecewa. Chen Jin pun menjauh menjadi 16-19. Set kedua akhirnya milik Chen Jin dengan 17-21 setelah smes Chen Jin gagal dikembalikan Simon. Chen Jin yang mendapat angin setelah kemenangannya di set kedua langsung menyerang pada set ketiga. Kelelahan fisik membuat Simon tak mampu melayani permainan cepat Chen Jin. Chen Jin menutup perlawanan Simon dengan 10-21 sekaligus menghantar tim China mempertahankan piala Thomas. (AR)